Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Kompetensi Dimensi Dua Melalui Pemaduan Metode Team Accelerated Instruction dan Number Heads Together Siswa SMK Negeri 1 Purwokerto

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DIMENSI DUA MELALUI PEMADUAN METODE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION DAN NUMBER HEADS TOGETHER SISWA SMK NEGERI 1 PURWOKERTO

Khairul Sholih Retno Broto

Abstrak:
Dalam praktik pembelajaran di kelas, khususnya di SMK Negeri 1 Purwokeno, keaktifan belajar siswa yang sangat rendah karena gaya belajarnya tidak terakomodasikan. Tujuan penelitian ini adalah mengethaui peningkatan keaktifan belajar dilihat dari aspek motivasi, interaksi, cooperative learning, dan pencapaian hasil belajar matematika siswa SMK melalui pemaduan metode team accelerated instruction dan metode number heads together dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Punuokerto pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009 dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Sebagai sampel diambil siswa kelas XAkuntansi 1 sebagai responden, yang terdiri dari 2 siswa Iaki-laki dan 34 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan random sampling. Data dikumpulkan melalui tes dan nontes, yakni berupa soal tes, angket maupun lembar observasi. Data yang telah terkumpul ditabulasi. Data kualitatif terlebih dahulu dikuantitatitkan kemudian diprosentase untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa. Penelitian ini menghasilkan tingkat keaktifan belajar 84% pada siklus 1 dan meningkat menjadi 92% pada siklus 2. Sarah yang diberikan hendaknya guru memperhatikan perbedaan individual siswa (baik kemampuan, pengetahuan maupun gaya belajarnya) dan penerapan variasi metode pembelajaran termasuk memadukan beberapa metode dalam satu kegiatan pembelajaran. khususnya yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran matematika, seperti metode TAI yang dipandu dengan NHT perlu dipraktikkan di kelas.
Kata kunci: keaktifan belajar, cooperative learning, dan belajar individual

Abstract: in the practice of classroom learning, especially in SMK 1 Purwokerto, students' learning activity is very low, because the learning style is not accommodated. The aim of this study is, knowing the increase active learning viewed from the aspect of motivation, interaction, cooperative learning, and achievement, the learning of mathematics, vocational students through the integration tean accelerated instruction method and the method number heads together in learning. The study was conducted in SMK Negeri 1 Purwokerto, in the second semester, school year 2008/2009 by using the cIass—action studies. As a sample is taken, X~class students as respondents accounting 1, which consists of 2 male students and 34 female students. Data collection techniques was carried out random sampling. Data were collected through tests and non—testing,. ie a matter of tests, questionnaires, and observation sheets. data has been collected tabulated. Qualitative data were collected Hrst, then the percentage, to detennine the level of activity belajara students. This research is providing improved learning activity cycle of 84% at 1 and increased to 92% in cycle 2. Advice given teachers should consider students' individual differences (both skills, knowledge, and learning styles) and the application of the variation of learning methods including combining several methods in one learning activity, especially in accordance with mathematical learning activities, such as TAI methods guided by NHTto practice in class.
Key words: active learning, cooperative learning, and individual learning

PENDAHULUAN
“You can tell students what they need to know very fast, but they will forget what you tell them even fastef (Silberman, 2007). Anda dapat memberi tahu peserta didik tentang apa yang perlu mereka ketahui dengan sangat cepat, namun mereka akan melupakannya dengan Iebih cepat. Dalam praktik pembelajaran di kelas, khususnya di SMK Negeri 1 Purwkerto, masih banyak dijumpai peran guru sebagai sentral kegiatan belajar siswa.
Cara mengajar konvensional dengan menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan belajar siswa tersebut saat ini menimbuikan kegiatan belajar siswa menjadi pasif. Pollio (dalam Silberman 2007) menunjukkan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa dalam ruang kuliah akademik siswa tidak memperhatikan selama 40% dari waktu yang tersedia. Konsentrasi berpikir siswa terbatas. Dengan metode yang tidak menarik, konsentrasi siswa Iebih cepat menurun yang menyebabkan daya simpan informasi rendah.
Nienurut Silberman (2007), dalam keadaan konsentrasi siswa hanya dapat mendengar setengah dari apa yang dikatakan guru. Hal ini disebabkan karena siswa mendengarkan sambil berpikir sehingga kecepatan kita berbicara kepada siswa tidak secara otomatis menambah efektif kegiatan pembelajaran yang kita seienggarakan. Keaktifan belajar matematika tidak diperhatikan secara individual. Keterlibatan siswa daiam kegiatan pembelajaran masih sangat kurang. Siswa tidak diberi kesempatan untuk memiiih gaya beiajarnya maupun menentukan tujuan beiajarnya sendiri. Hal tersebut menyebabkan rendahnya tingkat keaktifan belajar matematika siswa.
Untuk meningkatkan keaktifan beiajar matematika, guru tidak cukup hanya mengandaikan satu metcde tertentu dalam pembelajarannya. Variasi metode dan teknik pembeIajaran penting untuk menggairahkan siswa dalam belajar. Hai ini disebabkan karena setiap siswa mempunyai gaya belajar sendiri-sendiri.
Siswa belajar matematika dengan berbagai kemampuan, pengetahuan, dan motivasi yang beragam. Hal inilah. yang memunculkan petingnya individuaiisasi dalam belajar matematika. Guru memberikan pelayanan belajar , individu bagi setiap siswanya, baik siswa yang bermasaiah/kemampuan beiajar kurang maupun siswa yang mempunyai kemampuan belajar iebih dalam materi pembeiajaran yang sama. Penelitian ini diiaksanakan untuk menjawab permasalahan apakah keaktifan belajar matematika siswa SMK di kelas dapat meningkat meialui pemaduan metode team accelerated instruction (TAI) dan number heads to-
gether (NHT)'?
Peneiitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keak- tifan belajar matematika siswa SMK meialui pemaduan metode TAI dan NHT dalam kegiatan pembelajaran di keias.
Peneiitian ini diharapkan mmeberi manfaat kepada kegiatan beiajar siswa Iebih bermakna disebabkan karena siswa mendapat perhatian secara individual dalam kegiatan beiajarnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan dibantu tidak hanya oleh gurunya, tetapi oleh teman dalam kelompoknya. Siswa yang mempunyai kemampuan Iebih akan belajar mengamalkan ilmunya dan meningkatkan tanggungjawab kelompoknya.

LANDASAN TEORETIS
Keaktifan Belajar Matematika Berkaitan dengan keaktifan siswa belajar, Siberman (2007) menyatakan sebagai berikut.
"What I hean I forget. What I hear; see and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand. Whatl hean see, discuss and do, I acquire knowledge and skill. Whatl teach to another I master'.
'Apa yang saya dengar, saya Iupa. Apa yang saya dengar, Iihat dan tanyakanl diskusikan, saya mulai mengerti. Apa yang saya dengar, Iihat, diskusikan dan Iakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya menguasai'
Belajar adalah sebuah aktivitas yang kompleks. Guru sebagai fasilitator, harus menyediakan "fasilitas" sebesanbesarnya bagi terseleng-garanya aktivitas tersebut. Belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi tanpa ada kesempatan berdiskusi, membuat pertanyaan, mempraktikkan bahkan mengajarkan kepada orang lain (Silberman 2007). Menurutnya otak kita perlu mempertanyakan informasi, merumuskan atau menjelaskannya kepada orang Iain agar dapat menyimpannya dalam memori. Dengan demi kian, untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika harus diperhatikan keaktifan siswa dalam berdiskusi, membuat pertanyaan, dan mengajarkan ilmu yang dipunyainya kepada teman belajarnya.
Zaini (2008) menyatakan bahwa gaya belajar atau learning style setiap peserta didik berbeda-beda. Ada peserta didik yang lebih senang membaca, berdiskusi, dan ada pula yang senang praktik langsung. Secara Iebih khusus, De Porter (2004) membagi gaya belajar siswa dalam 3 gaya, yakni pelajar visual, pelajar auditcrial, dan pelajar kinestik. Dengan demikian, untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika seluruh gaya belajar siswa di atas juga harus mendapat perhatian dalam kegiatan pembelajaran.
Metode Team Accelerated Instruction (TAI)
Menurut Slavin (2009) TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika. Metode ini memperhatikan siswa sebagai individu dan kelompok. Dalam kegiatan belajarnya, siswa secara individual bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya, sekaligus hasil kerja kelompoknya. Tanggung jawab siswa secara bersama—sama meliputi mengelola kelompok, memeriksa secara rutin, saling bantu dalam menghadapi masalah, saling memberi dorongan untuk maju. Keaktifan belajar siswa terlihat dengan mengerjakan Iatihan individu dan kerja kelompok pada tiap—tiap kompetensi pembelajarannya.
Guru memfasiiitasi beiajar siswa secara individu maupun kelompok, dengan secara aktif puia mengunjungi keiompok yang satu ke kelompok Iainnya, untuk selanjutnya memberikan bantuan kepada keiompok yang memerlukan. Bantuan ini diberikan secara kelompok. Teknik pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan met0deTAI ini adalah sebagai berikut.
a. Guru membagi siswa dalam kelompck kecil.
b. Siswa diberi panduan dan soal latihan untuk dikerjakan secara individual.
c. Siswa dalam satu kelompok saling memeriksa hasil pekerjaan anggota kelompok yang Iain. Pada tahap ini terjadi diskusi kelompok, guru mengintervensi jika diperlukan. Sedapat mungkin permasalahan
diatasi 0leh kelompok masing-masing.
d. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas hasil pekerjaan kelompoknya.
Number Heads Together
Metode ini memungkinkan untuk memacu semangat belajar siswa, baik yang mempunyai kemampuan rendah, sedang maupun tinggi. Semua siswa seialu mempersiapkan diri untuk mewakili kelompoknya. Siswa yang kemampuannya rendah akan berusaha meningkatkan kemampuannya dengan siswa lainnya. Demikian juga sebaIiknya, siswa dengan kemampuan tinggi pun akan berusaha meningkatkan prestasi kelompcknya. Dengan demikian, keaktifan beiajar siswa akan senantiasa terjaga.
Menurut Lee (2008) metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Slavin (2009) menyatakan bahwa metcde ini sangat tepat untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompoknya.
Teknik penyelenggaraan kegiatan beiajar dengan metode Number Heads Togetheradalah sebagai berikut.
a. Guru membagi siswa dalam kelomppk kecil setiap anggota diberi nnomor sejumlah anggota.
b. Guru membagikan naskah soal latihan.
c. Siswa mengerjakan soal latihan dengan kelompoknya.
d. Guru memanggil salah satu nomor untuk menyampaikan hasil diskusi kelompcknya.
Dalam penelitian ini kedua metode tersebut akan dipadu dalam satu tindakan pembelajaran. Diharapkan dengan pemaduan kedua metode di atas tingkat keaktifan beiajar Matematika siswa dapatakan cukup tinggi.
Kerangka Berfikir
Metode TAI sangat tepat untuk diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran matematika di SMK. Metode
ini mengkombinasi secara sinergis keaktifan beiajar siswa secara individual dan kelompok dalam waktu
yang sama. Metode NHT akan menuntut kesiapan semua individu dalam kelompok untuk menjadi wakil dari kelompoknya. Dengan demikian, tanggung jawab idividu dan tanggung-jawab kelompok senantiasa terjaga. Dari uraian di atas, metode TAI yang dipadu dengan NHT akan dapat meningkatkan keaktifan belajar Matematika siswa secara optimal.

METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Purwokerto pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009 dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Sebagai sampel diambil siswa kelas X Akuntansi 1 sebagai responden, yang terdiri dart 2 siswa laki—Iaki dan 34 siswa perempuan. Standar Kompetensi yang diajarkan dalam penelitian ini sesuai dengan program semester yang sedang dilaksanakan, yaitu dimensi dua.
Teknik Pengumpulan dan AnalisisData
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan random sampling. Data dikumpulkan meialui tes dan nontes, yakni berupa soal tes, angket maupun lembar observasi. Aiat pengumpul data digunakan terlebih dahuiu didiskusikan dengan rekan—rekan Guru yang terhimpun dalam MGMP Matematika sekolah untuk mendapatkan masukan guna meningkatkan efektivitas pengambilan data. Pada tiap siklus dilakukan review dan penyempurnaan teknik dan alat pengambilan datajika diperlukan.
Data yang telah terkumpul ditabulasi. Data kualitatif terlebih dahuiu dikuantitatifkan kemudian diprosentase untuk mengetahui tingkat keaktifan balajar siswa.
Pelaksanaan Tindakan Penclitian
Ponolitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap-tiap siklus tordiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan interpretasi sorta refleksi.
Persiapan
Pada tahap ini disusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi penyusunanlpenyempurnaan dalam hal RPP, podoman pongamatan, dan rancangan evaluasi program.
Pelaksanaan
Prada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan sasuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang pada tahap sebelumnya.
Pengamatan
Tahap ini dilaksanakan bersama dengan tahap implemontasi tindakan. Guru borsama siswa terlibat dalam kegiatan obsewasi dengan Iembar observasi yang sudah ditetapkan. Hasil observasi disusun dalam bontuk jurnal/tabal untuk dianalisis. Fokus dari analisis ini adalah ketercapaian indikator keberhasilan kinerja yang telah ditetapkan.
Rcfleksi
Setelah diketahui hasil analisis dari implemontasi tindakan, maka dilakukan retleksi untuk perbaikan, mulai tahap perencanaan pada siklus berikutnya,

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Hasil Peneiitian
Peneiitian ini dilaksanakan dalam dua sikus. Hasil observasi dan interpretasi dari kedua sikius tersebut adalah sebagai berikut.
Tingkat Keaktifan Bclajar Mate matika Individual
Hasil pengoiahan data berkaitan dengan keaktifan belajar matematika secara individul sebagai berikut.
Tabei 1. Hasil Angket Tingkat Keaktifan Beiajar Matematika Individual

Tabel di atas menunjukkan hasil persentase keaktifan belajar siswa meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Keaktifan belajar individual dilihat dari motivasi belajar sangat tinggi, interaksi belajar juga sangat tinggi. Di samping itu, dilihat dari aktivitas kegiatan belajar kelompoknya dan pencapaian hasil balajar, secara individual responden juga mamiliki aktivitas belajar yang sangat tinggi.
Tingkat Keaktifan Belajar Matematika Kelompok
Hasil pengolahan data barkaitan dangan keaktifan belajar matematika secara kelompok sebagai berikut.

Berdasarkan table 2 di atas, secara kelompokl tim, tingkat keaktifan dilihat dari motivasi belajar kelompck sangat tinggi. Dilihat dri aspek interaksi belajar pada kegiatan pembelajaran kelompok juga sangat tinggi. Dilihat dari aspek belajarn kelompok (cooperative learning) responden mempunyai aktivitas belajar kelompok yang tinggi pada siklus 1 (74%) dan aktivitas belajar yang sangat tinggi pada siklus 2 (94%). Pada aspek pencapaian hasil belajar, aktivitas belajar kelompok responden juga msangat tinggi pada kedua siklus.
Secara kumulatif, dari tabel 1 dan tabel 2 di atas dapat diketahui rata—rata tingkat keaktifan belajar siswa adalah 84% pada siklus 1 dan 92% pada siklus ke dua sehingga terjadi peningkatan tingkat keaktifan belajarsebesar 8%.
Ketuntasan Belajar
Hasil analisis table 1 dan 2 di atas, ditemukan tingkat ketuntasan belajar dengan KKlVl 70, secara klasikal siswa mencapai tingkat ketuntasan 86% dalam dua siklus tindakan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, cliketahui persetase keaktifan belajar merupakan jumlah dari hasil kali jumlah responden tiap opsi dengan nilai opsinya, kemudian hasilnya dibagi pembanding maksimumnya (36 X 4). Dengan menggunakan diskripsi tersebut, dapat dilihat kealciifan belajar individual dilihat dari motivasi belajar sangat tinggi, interaksi belajar juga sangattinggi. Di samping itu, dilihat dari aktivitas kegiatan belajar kelompoknya dan pencapaian hasil belajar, secara individual responden juga memiliki aktivitas belajar yang sangat tinggi.
Secara kelompokl tim, tingkat keaktifan dilihat dari motivasi belajar kelompok sangat tinggi. Dilihat dari
aspek interaksi belajar pada kegiatan pembelajaran kelompok juga sangat tinggi. Dilihat dari aspek belajar kelompok (cooperative learning) responden mempunyai aktivitas belajar kelompok yang tinggi pada siklus 1 (74%) dan aktivitas belajar yang sangat tinggi pada siklus 2 (94%). Pada aspek pencapaian hasil belajar, aktivitas belajar kelompok responden juga sangat tinggi pada kedua siklus.
Dengan demikian, secara kumulatif, dapat dijelaskan rata-rata tingkat keaktifan belajar siswa adalah 84% pada siklus 1 dan 92% pada siklus ke dua sehingga terjadi peningkatan tingkat keaktifan belajar sebesar 8%.
Selain itu, tingkat ketuntasan belajar, balk secara klasikal siswa mencapai tingkat ketuntasan 86% dalam dua siklus tindakan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode TAI yang dipadu dengan metode HHT mampu meningkatkan keaktifan belajar individual sekaligus kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan kurangl bermasalah dapat lebih leluasa untuk menentukan gaya belajar yang sesuai dengan kemampuannya. Siswa yang kemampuannya lebih dapat berlatih untuk berbagi khususnya dengan teman sekeI0mpoknya.
Hal di atas telah menjadikan kegiatan pembelajaran matematika lebih bermakna, sesuai dengan pendapat Silberman (2007) bahwa belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi tanpa ada kesempatan untuk berdiskusi, membuat pertanyaan, mempraktikkan bahkan mengajarkan kepada orang lain.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode TAI yang dipadu dengan metode Number Heads Together mampu meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa menjadi sangat tinggi, yakni 88 %, balk keaktifan belajar matematika secara individual maupun pembelajaran kelompok siswa. Siswa dengan kemampuan yang kurang, tetap memiliki keaktifan belajar yang sangat tinggi dengan bantuan teman kelompoknya. Siswa dengan kemampuan tinggi dapat belajar aktif dengan berlatih memanfaatkan kemampuannya untuk membantu belajar teman sekelcmpoknya serta memperkuat sikaptanggungjawabnya.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, dkk. 2008. Panalitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.

DaP0rter, Bobbi, dkk. dialihbahasakan olah Ary Nilandari. 2004. Quantum Teaching. Mampraktekkan Quantum Laaming di KaIas—Ke·Ias. Bandung: Kaifa.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Intaraksi Edukatif. Suatu Pandakatan Tecretis Psikologis. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA. Bandung: SinarBaruAlgensindo.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: BumiAksara.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Leaming di Ruang—Ruang Kelas.
Jakarta: Grasindo.

Silberman, Mel. dialihbahasakan oieh Sarjuli. 2007. Active Learning. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani. V Nasution, S. 2006. Berbagai I Pendekatan da/am Proses Belajar ` 8. Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rachman, Maman. 2008. Penelitian `Nndakan Kelas (Dalam Bagan). Semarang: UPT Percetakan dan Penerbit Unnes Press.

Slavin, Robert E. dialihbahasakan oleh Lita. 2009. Cooperative Learning. Teori, Riset clan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Toali. 2008. Matematika Sekolah Menengah Kejuruan untuk Kelas XII. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdiknas.

Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembe/ajaran Aktii Yogyakarta Pustaka lnsan Madani.

--— ----——— . 2005. Stratagi Pemelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat Guru Matematika SMK. Jakarta: Direkt0rat Pendidikan MenengahKejuruan Depdiknas.

 
Free Graduate Cursors at www.totallyfreecursors.com